
Halimatus Sa’diyah Putri Salwa, Naufal Adhani Aqilah Putra
Program Studi Kewirausahaan
Universitas Muhammadiyah Gresik
Email :dnaufal885@gmail.com
ABSTRAK
Makalah ini bertujuan untuk Unsur-unsur yang harus ada pada setiap ideologi adalah adanya pandangan komprehensif tentang manusia dan dunia, alam semesta di mana manusia hidup, adanya rencana penataan kehidupan sosial dan politik berdasarkan paham tersebut, adanya kesadaran dan pencanangan bahwa realisasi rencana dengan tertib di atas membawa perjuangan dan pergumulan yang menuntut perombakan dan perubahan, adanya usaha mengarahkan masyarakat untuk menerima secara yakin perangkat paham serta kerja yang diturunkan dari perangkat paham tersebut, adanya usaha menjangkau lapisan masyarakat seluas mungkin, meskipun sangat diandalkan sekelompok kecil manusia yang merupakan otak pembina.
Kata Kunci: Keyakinan dan Cita-cita Hidup Muhammadiyah
PENDAHULUAN
Pada Muktamar Muhammadiyah ke-41 di Surakarta, ada beberapa kritik terlontar ketika organisasi ini berkembang, yaitu Muhammadiyah dikatakan “gajah bengkak, mandegnya intelektual dan ketidakpekaan Majlis Tarjih terhadap perkembangan masyarakat Kritik tersebut di atas ada benarnya, barangkali karena usia Muhammadiyah sekarang terlalu tua, sudah lelah atau exhausted, dan karenanya Muhammadiyah perlu mentajdidkan dirinya sebagai gerakan “tajdid” dan lain-lainnya. Maka dalam rapat kerja hari ini, tepat kiranya dibahas salah satu produk pemikiran Islam Muhammadiyah, yakni Matan Keyakinan dan Cita-Cita Hidup Muhammadiyah dengan mengaitkannya dalam perspektif Tajdid Fil-Islam, schingga dapat ditemukan wawasan yang memungkinkan Muhammadiyah memunikan misinya dengan sebaik-baiknya Dalam makalah ini, penulis mencoba menguraikan terlebih dahulu soal Ideologi. karena ideologi merupakan keyakinan yang berorientasi kepada tingkah laku dan juga ideologi diwarnai oleh kesadaran akan tujuan, yang sangat terkait dengan kedudukan Matan Keyakinan dan Cita-Cita Hidup Muhammadiyah. Di samping itu, penulis juga akan menguraikan sedikit tentang Tajdid Fil-Islam atau modernisme dalam Islam. Baru sesudah itu, dibahas masalah Matan Keyakinan dan Cita-Cita Hidup Muhammadiyah dalam hubungannya dengan Tajdid Fil-Islam.
PEMBAHASAN
MATAN KEYAKINAN DAN CITA – CITA HIDUP MUHAMMADIYAH
- Muhammadiyah adalah Gerakan Islam dan Dakwah Amar Ma’ruf Nahi Munkar, beraqidah Islam dan bersumber pada Al-Qur’an dan Sunnah, bercita-cita dan bekerja untuk terwujudnya masyarakat utama, adil, makmur yang diridhai Allah SWT, untuk malaksanakan fungsi dan misi manusia sebagai hamba dan khalifah Allah di muka bumi.
- Muhammdiyah berkeyakinan bahwa Islam adalah Agama Allah yang diwahyukan kepada Rasul-Nya, sejak Nabi Adam, Nuh, Ibrahim, Musa, Isa dan seterusnya sampai kepada Nabi penutup Muhammad SAW, sebagai hidayah dan rahmat Allah kepada umat manusia sepanjang masa, dan menjamin kesejahteraan hidup materil dan spritual, duniawi dan ukhrawi.
- Muhammadiyah dalam mengamalkan Islam berdasarkan:
- Al-Qur’an: Kitab Allah yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW;
- Sunnah Rasul: Penjelasan dan palaksanaan ajaran-ajaran Al-Qur’an yang diberikan oleh Nabi Muhammad SAW dengan menggunakan akal fikiran sesuai dengan jiwa ajaran Islam
- Muhammadiyah bekerja untuk terlaksananya ajaran-ajaran Islam yang meliputi bidang-bidang:
- ‘Aqidah
Muhammadiyah bekerja untuk tegaknya aqidah Islam yang murni, bersih dari gejala-gejala kemusyrikan, bid’ah dan khufarat, tanpa mengabaikan prinsip toleransi menurut ajaran Islam.
- Akhlak
Muhammadiyah bekerja untuk tegaknya nilai-nilai akhlak mulia dengan berpedoman kepada ajaran-ajaran Al-Qur’an dan Sunnah rasul, tidak bersendi kepada nilai-nilai ciptaan manusia
- Ibadah
Muhammadiyah bekerja untuk tegaknya ibadah yang dituntunkan oleh Rasulullah SAW, tanpa tambahan dan perubahan dari manusia.
- Muamalah Duniawiyah
Muhammadiyah bekerja untuk terlaksananya mu’amalat duniawiyah (pengolahan dunia dan pembinaan masyarakat) dengan berdasarkan ajaran Agama serta menjadi semua kegiatan dalam bidang ini sebagai ibadah kepada Allah SWT.
- Muhammadiyah mengajak segenap lapisan bangsa Indonesia yang telah mendapat karunia Allah berupa tanah air yang mempunyai sumber-sumber kekayaan, kemerdekaan bangsa dan Negara Republik Indonesia yang berdasar pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, untuk berusaha bersama-sama menjadikan suatu negara yang adil dan makmur dan diridhoi Allah SWT:
“BALDATUN THAYYIBATUB WA ROBBUN GHOFUR” - Catatan: Rumusan Matan tersebut telah mendapat perubahan dan perbaikan oleh PP
- Muhammadiyah atas kuasa Tanwir tahun 1970.
- Catatan: Rumusan Matan tersebut telah mendapat perubahan dan perbaikan oleh PP
- Muhammadiyah atas kuasa Tanwir tahun 1970.
Catatan: Rumusan Matan tersebut telah mendapat perubahan dan perbaikan oleh PP Muhammadiyah atas kuasa Tanwir tahun 1970.
- CITA CITA MUHAMMADIYAH
- Matan “Keyakinan dan Cita-Cita Hidup Muhammadiyah”
- diputuskan oleh Tanwir Muhammadiyah tahun 1969 di
- Ponorogo, dalam rangka melaksanakan amanat Muktamar
- Muhammadiyah ke-37 tahun 1968 di Yogyakarta. Kemudian
- oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah Matan ini diubah dan
- disempurnakan, khususnya pada peristilahannya berdasarkan
- amanat dan kuasa Tanwir Muhammadiyah tahun 1970.Muktamar
- Muhammadiyah ke-37 tahun 1968 berlangsung di Yogyakarta
- dengan bertemakan “Tajdid Muhammadiyah”, atau Pembaharuan
- Adapun yangdimaksud dengan Tajdid
- Muhammadiyah adalah mengadakan pembaharuan dalam berbagai
- bidang, meliputi Ideologi (Keyakinan dan Cita-cita Hidup), Khittah
- Perjuangan, Gerak dan Amal Usaha, Organisasi, Sasaran. Pada akhir
- periode “Nasakom” atau periode “Demokrasi Terpimpin” (5 Juli 1959
- – 11Maret 1966) bangsa Indonesia pada umumnya, termasuk juga
- Persyarikatan Muhammadiyah menghadapi persoalan politik yang
- sangat dilematik.
- Pada periode rezim ini kehidupan politikNegara ditandai dengan
- menyoloknya dominasi PKI dalam seluruh aspek kehidupan bernegara.
- Kesempatan yang sangat bagus ini oleh PKI tidak disia-siakan guna
- menghantam lawan-lawan ideologinya.Menghadapi pilihan masuk atau
- tidak masuk dalam lembaga situasi seperti ini, bagi Muhammadiyah
- benar-benar dirasakan sebagai suatu persoalan yang sangat dilematis.
- Kalau Muhammadiyah memilih opsi pertama, yaitu masuk ke dalam
- Front Nasional, Muhammadiyahakan selamat dari berbagai
- macam rongrongan dan fitnah, namun jelas sekalibahwa Front
- Nasional adalah merupakan lembaga politik, suatu lembaga
- yang teoriperjuangannya bertolak belakang dengan “Kepribadian
- Muhammadiyah”, bertolak belakang dengan sibghah nya sebagai
- “Gerakan Dakwah Islam, Amar Ma’ruf Nahi Munkar”.
- Sebaliknya kalau Muhammadiyah memilih opsi yang kedua
- pasti akan dikategorikan ke dalam kelompokKontra Revolusi, suatu
- kekuatan yang akan di ganyang, dilindas dan dihancurkan oleh barisan
Matan “Keyakinan dan Cita-Cita Hidup Muhammadiyah”diputuskan oleh Tanwir Muhammadiyah tahun 1969 diPonorogo, dalam rangka melaksanakan amanat MuktamarMuhammadiyah ke-37 tahun 1968 di Yogyakarta. Kemudian oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah Matan ini diubah dandisempurnakan, khususnya pada peristilahannya berdasarkan amanat dan kuasa Tanwir Muhammadiyah tahun 1970.MuktamarMuhammadiyah ke-37 tahun 1968 berlangsung di Yogyakarta dengan bertemakan “Tajdid Muhammadiyah”, atau Pembaharuan Muhammadiyah. Adapun yang dimaksud dengan Tajdid Muhammadiyah adalah mengadakan pembaharuan dalam berbagai bidang, meliputi Ideologi (Keyakinan dan Cita-cita Hidup), Khittah Perjuangan, Gerak dan Amal Usaha, Organisasi, Sasaran. Pada akhirperiode “Nasakom” atau periode “Demokrasi Terpimpin” (5 Juli 1959– 11Maret 1966) bangsa Indonesia pada umumnya, termasuk juga Persyarikatan Muhammadiyah menghadapi persoalan politik yangsangat dilematik. Pada periode rezim ini kehidupan politik Negara ditandai dengan menyoloknya dominasi PKI dalam seluruh aspek kehidupan bernegara. Kesempatan yang sangat bagus ini oleh PKI tidak disia-siakan guna menghantam lawan-lawan ideologinya. Menghadapi pilihan masuk atau tidak masuk dalam lembaga situasi seperti ini, bagi Muhammadiyah benar-benar dirasakan sebagai suatu persoalan yang sangat dilematis. Kalau Muhammadiyah memilih opsi pertama, yaitu masuk ke dalam Front Nasional, Muhammadiyah akan selamat dari berbagai macam rongrongan dan fitnah, namun jelas sekali bahwa Front Nasional adalah merupakan lembaga politik, suatu lembaga yang teori perjuangannya bertolak belakang dengan “KepribadianMuhammadiyah”, bertolak belakang dengan sibghah nya sebagai“Gerakan Dakwah Islam, Amar Ma’ruf Nahi Munkar”. Sebaliknya kalau Muhammadiyah memilih opsi yang keduapasti akan dikategorikan ke dalam kelompok Kontra Revolusi, suatu kekuatan yang akan di ganyang, dilindas dan dihancurkan oleh barisan ya: “Barang siapa yang kafir kepada Allah sesudah ia beriman (dia akanmendapatkan murka dari Allah),kecuali orang yang dipaksa kufur, padahal atinya tetap tenang/konsisten dalam keimananya (dia tidak berdosa atas keterpaksaan nya itu). Akan tetap iorang yang lapang dadanya (tidak sangat terpaksa) untuk kekafiran, maka kemurkaan Allah akan menimpanya dan baginya adzab yang besar”.
- ISLAM DALAM KEYAKINAN MUHAMMDIYAH
Ketika KH A. Dahlan sudah mempunyai pengertian bahwa ternyata agama adalah sebagai mana yang kemudian difahaminya,lalu timbul pemikiran bahwa kalau begitu maka untuk melaksanakan agama islam sebagaimana yang di fahaminya itu umatislam diindonesia (bahkan nanti di seluruh didunia) harus diberipengertian lebih dahulu tentang apa islam yang sebenarnya.Kalausudah paham, lalu bagaimana melaksanakan islam yang sebenarnyaitu.Untuk mengajarkan islam yang sebenarnya, kemudianmembimbing dan memimpin pelaksanaanislam yang sebenarnya, KHA. Dahlan merasa tidak mampu untuk melakukannya sendiri. Beliaulantas mencari orang-orang, sahabat-sahabatnya, yang sefaham. Bahkan kemudian berusaha membina angkatan muda yang akanmenjadi kader untuk menangani tugas ini. Tugas apa? Memberi pengertian tentang islam yang sebenarnya kepada ummat islam lebihdahulu, kemudian memimpin pelaksanaan islam yang sebenarnya. KHA. Dahlan, sebagaimana diutarakan terdahulu merasa tidak mampumelaksanakan tugas inisendirian karenanya harus mencari kawan. Dandiusahakan dari kalangan sesama ulama yangsepaham. Malahan sampai juga pada pemikiran harus dengan membina tenaga-tenaga pelanjutnya. Sesudah Muhammadiyah berdiri, yang dikerjakandengan Muhammadiyah tiada lain adalahbagaimana merealisasikandan memperjuangkan Islam, oleh karenanya Muhammadiyahyangsudah dilaksanakan itu harus betul-betul memahami tentangIslam, menghayati tentang Islam dan mengamalkan Islam. Harus mampu merealisasikan dan memperjuangkan Islam. Tugasinilah yang harus dikerjakan Muhammadiyah. Identitas Muhammadiyah Telah diterangkan berdirinya Muhammadiyahdidorong oleh faham agama. Dan dengan menghayati agama,mengamalkan agama, memperjuangkan agama, lalu terbetuk identitasnya. Jadi, bentuk identitas Muhammadiyah adalah agama. Muhammadiyah yang kemudian menjadi persyarikatan yang beridentitas sebagai gerakan Islam, gerakan dakwah Islam dan amar makruf nahi munkar serta gerakan tajdid, merupakan hasilpemikiran almarhum KH A. Dahlan dalam memahami Agama Islam, dan kemudian dalam menghayati serta mengamalkan (termasuk dalam mengamalkan adalah merealisasi ajaran-ajarandan memperjuangkan Islam) yang dapat lebih dipertegas, lahirnya Muhammadiyah, daritiadamenjadi ada, didorong oleh faham almarhum KH A. Dahlan “Apakah Agama Islam itu?”. Wujudnyatanya, bentuk, sifat serta ciri-ciri lainnya (yaitu identitasnya) dibentuk oleh penghayatan danpengalaman almarhum KH A. Dahlan akan Agama Islam berdasarkan fahamnya.
Begitulah kedudukan Agama Islam dalam Muhammadiyah.Maka untuk dapat memahami Muhammadiyah yang sebenarnya harus dimulai dari memahami Islam yang sebenarnya. Sanggup menghayati Islam yang sebenarnya. Mau mengamalkan Islam yang sebenarnya dan bersemangat untuk memperjuangkan Islam yang sebenarnya. Kalau orang hendak memahami Muhammadiyah akan tetapi tidak berangkat dari pemahamanyang semacam itu, maka ia hanya akan menemukan Muhammadiyah sebagai organisasi. Tidakbakal mengenali idealismenya. Tidak bakal mengenali bagaimana pemikiran lebih lanjut dalammemperjuangkan Islam. Tanpa pemahaman tentang Agama Islam seperti faham almarhum KHA.Dahlan serta kemudian tanpa penghayatan dan pengalaman Agama Islam (termasuk dalampengalaman itu adalah merealisasikan ajaran-ajaran dan memperjuangkan cita-citanya) orangtidak akan mampu memahami dan meresapi hakikat Muhammadiyah secara pas, tepat. Muhammadiyah yang kemudian menjadi persyarikatan yang beridentitas sebagai gerakan Islam, gerakan dakwah Islam dan amar makruf nahi munkar serta gerakan tajdid, merupakan hasilpemikiran almarhum KH A. Dahlan dalam memahami Agama Islam, dan kemudian dalammenghayati serta mengamalkan termasuk dalam mengamalkan adalah merealisasi ajaran-ajaran dan memperjuangkan Islam) yang dapat lebih dipertegas, lahirnya Muhammadiyah, dari tiadamenjadi ada, didorong oleh faham almarhum KH A. Dahlan “Apakah Agama Islam itu?”. Wujud nyatanya, bentuk, sifat serta ciri-Ciri lainnya (yaitu identitasnya) dibentuk oleh penghayatan dan pengalaman almarhum KH A. Dahlan akan Agama Islam berdasarkan fahamnya. Begitulahkedudukan Agama Islam dalam Muhammadiyah Maka untuk dapat memahami Muhammadiyah yangsebenarnya harus dimulai dari memahamiI slam yang sebenarnya.
Sanggup menghayati Islam yang sebenarnya. Mau mengamalkan Islam yang sebenarnya dan bersemangat untuk memperjuangkan Islam yang sebenarnya. Kalau orang hendak memahami Muhammadiyah akan tetapi tidak berangkat dari pemahamanyang semacam itu, maka ia hanya akan menemukan Muhammadiyah sebagai organisasi. Tidak bakal mengenali idealismenya. Tidak bakal mengenali bagaimana pemikiran lebih lanjut dalammemperjuangkan Islam. Tanpa pemahaman tentang Agama Islam seperti faham almarhum KHA.Dahlan serta kemudian tanpa penghayatan dan pengalaman Agama Islam (termasuk dalam pengalaman itu adalah merealisasikan ajaran-ajaran dan memperjuangkan cita-citanya) orang tidak akan mampu memahami dan meresapi hakikat Muhammadiyah secara pas, tepat. Jadi, yang perlu kita kaji didalam memahami Muhammadiyah adalah tentang faham agamanya. Kalau orang tidak memahami apa Islam menurut Muhammadiyah, ia tidak akan bisa memahami hakikat Muhammadiyah. Setelah mengerti latar belakang berdirinya Muhammadiyah termasukfaktor-faktor yang mendorong berdirinya Muhammadiyah akan sampai pada kesimpulan bahwa dalam Muhammadiyah masalah agama mempunyai kedudukan yang sangat sentral. Mengapademikian? Karena lahirnya didorong oleh faham agama. Sedang identitasnya dibentuk leh penghayatan pengalaman agama. Karena itu tanpa memahami Agama Islam menurut faham Muhammadiyah orang tidak akan bisa memahami hakikat Muhammadiyah. Tanpa mengenalifaham Muhammadiyah, tanpa mau menghayati dan mengamalkan Agama Islam, orang hanya akan mendapatkan Muhammadiyah sebagai organisasi saja. Tidak bakal mengenali idealismenya.
- PEMIKIRAN DAN GERAKAN MUHAMMDIYAH DALAM BIDANG AKIDAH, IBADAH, AKHLAK DAN MUAMALAH DUNIAWIYAH
Dalam matan Kepribadian Muhammadiyah dinyatakan bahwa “maksud geraknya ialah dakwahislam amar makruf nahi munkar” yang ditujukan kepada dua bidang: perseorangan dan masyarakat. Dari penegasan ini jelas bahwa sasaran gerak dakwah Islam yang dilaksanakan oleh Muhammadiyah terbagi menjadi 2 yaitu:
perseorangan, yang terbagi pula dalam dua kelompok,yaitu; orang yang sudah Islam (umat ija:bab) dan orang yang belum Islam (umat dakwah) dan masyarakat yang mana sifat dakwah yang digerakkan Muhammadiyah berbeda-beda, disesuaikan dan kondisi masing-masing.
- Akidah
- kidah yaitu ajaran yang berhubungan dengan kepercayaan
- keyakinan hidup. Secara etimologis,makna Aqidah adalah ikatan
- (bundelan Jawa), sedang secara terminologis berarti
- kepercayaan,keyakinan, cread atau credo. Dalam ajaran Islam,
- ajaran yang bersangkut paut dengan masalahaqidah atau iman
- meliputi 6 prinsip, yaitu:
- Iman kepada Allah SWT
- Iman kepada Hari Akhir
- Iman kepada Malaikat-Malaikat-Ny
- Iman kepada Rasul-Rasul-Nya
- Iman kepada kitab-kitab-Nya
- Iman kepada qadla dan taqdir-Ny
Akidah yaitu ajaran yang berhubungan dengan kepercayaan keyakinan hidup. Secara etimologis, makna Aqidah adalah ikatan(bundelan Jawa), sedang secara terminologis berartikepercayaan,keyakinan, cread atau credo. Dalam ajaran Islam, ajaran yang bersangkut paut dengan masalahaqidah atau imanmeliputi 6 prinsip, yaitu:
- Iman kepada Allah SWT
- Iman kepada Hari Akhir
- Iman kepada Malaikat-Malaikat-Ny
- Iman kepada Rasul-Rasul-Nya
- Iman kepada kitab-kitab-Nya
- Iman kepada qadla dan taqdir-Nya
- Ibadah
- Tajdid dalam bidang ibadah (ibadah mahdliah)
- terhadap orang yang sudah Islam adalahmenuntunkan
- ibadah sebagaimana yang dituntunkan oleh Rasulullah SAW
- tanpa tambahanperubahan dari manusia (bid’ah) serta
- menghilangkan kebiasaan bersikap taqlid atau membeo. Istilah
- ibadah dilihat dari arti bahasa berarti taat dan tunduk disertai
- dengan merendahkan diri.Pengertian ibadah menggambarkan
- “tunduknya seseorang terhadap ketinggian dan keunggulanorang
- lain, hingga ia turun dari derajat kebebasan dan melepaskan
- kemerdekaan untuk orang tersebut dengan meninggalkan
- perlawanan dan pendurhakaan serta mengikutinya dengan
- patuh”.Sedangkan menurut arti istilah arti istilah,
- sebagaimana yang dirumuskan Majelis Tarjihdinyatakan
- bahwa ibadah ialah bertaqarub (mendekatkan diri) kepada Allah
- dengan mentaatisegala perintah-Nya, menjauhi segala larangan-
- Nya dan mengamalkan segala yang diizinkan-Nya.
Tajdid dalam bidang ibadah (ibadah mahdliah) terhadap orang yang sudah Islam adalah menuntunkan ibadah sebagaimana yang dituntunkan oleh Rasulullah SAWtanpa tambahan perubahan dari manusia (bid’ah) serta menghilangkan kebiasaan bersikap taqlid atau membeo. Istilah ibadah dilihat dari arti bahasa berarti taat dan tunduk disertai dengan merendahkan diri. Pengertian ibadah menggambarkan “tunduknya seseorang terhadap ketinggian dan keunggulan oranglain, hingga ia turun dari derajat kebebasan dan melepaskan kemerdekaan untuk orang tersebut dengan meninggalkan perlawanan dan pendurhakaan serta mengikutinya dengan patuh”. Sedangkan menurut arti istilah arti istilah, sebagaimana yang dirumuskan Majelis Tarjih dinyatakan bahwa ibadah ialah bertaqarub (mendekatkan diri) kepada Alladengan mentaati segala larangan-
Nya dan mengamalkan segala yang diizinkan-Nya. perintah-Nya, menjauhi segala larangan-Nya dan mengamalkan segala yang diizinkan-Nya.
- Akhlak
- Tajdid dalam bidang akhlak adalah berupa mendidikkan dan
- mendayakan sikap hidup yangmulia dan terpuji, dan bersamaan
- dengan hal tersebut menuntunkan untuk melepaskan diri darisikap
- dan kebiasaan hidup yang tercela dan menjijikkan.Manusia adalah
- termasuk satu-satunya makhluk yang secara potensial
- menyandang gelar “abnu-taqwim”, sebagus-bagus kejadian.
- Namun, bukan berarti bahwa gelar semacam itu
- secaraotomatis akan tersandang dengan sendirinya. Bahkan untuk
- menyandang gelar tersebut harusberjuang dengan keras mengatasi
- berbagai macam halangan termasuk didalamnya
- mengatasikekerdilan jiwanya sendiri akibat masih
- dibelenggu oleh kejahilan dan oleh keburukanperangainya
Tajdid dalam bidang akhlak adalah berupa mendidikkan dan mendayakan sikap hidup yang mulia dan terpuji, dan bersamaan dengan hal tersebut menuntunkan untuk melepaskan diri darisikap dan kebiasaan hidup yang tercela dan menjijikkan. Manusia adalaht ermasuk satu-satunya makhluk yang secara potensial menyandang gelar “abnu-taqwim”, sebagus-bagus kejadian. Namun, bukan berarti bahwa gelar semacam itusecara otomatis akan tersandang dengan sendirinya. Bahkan untuk menyandang gelar tersebut harus berjuang dengan keras mengatasi berbagai macam halangan termasuk didalamnya mengatasi kekerdilan jiwanya sendiri akibat masih dibelenggu oleh kejahilan dan oleh keburukan perangainya.
Manusia yang belum terolah pribadinya oleh nur Illahi justru akan memperlihatkan sosok makhluk yang menjijikkan. Berbagai perangai buruk semacam sifat pengecut, arogan atau sombong,dengki, pemarah, bakhil, tamak atau loba dan sifat sejenis merupakan hiasan hidup yang menggetarkan. Dan satu femomena yang cukup menarik bahwa berbagai sifat diatas sangat akrab dengan nafsu manusia, hingga untuk melakukannya bukan merupakan sesuatu yang perludi perjuangkan. Sebaliknya, untuk dapat melepaskannya, betapa pun secara bertahap ia merupakan satu pekerjaan dan perjuangan yang luar biasa beratnya. Ia ibarat merangkap danmendaki sebuah bukit yang sangat terjal dan licin.
- Muamalah Duniawiyah
Dari segi bahasa mumalah duniawiyah berarti berbagai macam amalan keduniaan. Sementara kalau dilihat dari segi istilah mengandung pengertian tata aturan Ilahi yang mengatur hubunganmanusia dengan sesama manusia dan hubungan manusia dengan benda. Muamalah duniawiyah ini mencakup bidang secara luas, dan bukan menjadi tujuan pokok medangarap bagi diutusnya para Rasul Allah. Ia meliputi bidang politik, sosial,ekonomi, kesenian, kebudayaan, pendidikan,dan sebagainya.Bidang yang bersangkutan dengan urusan keduniaan, betapa punbukan menjadi tujuan pokokbidang garap diutusnya para Nabi,termasuk juga Nabi Muhammad SAW, namun bukan berarti ajaran Islam sama sekali tidak menaruh perhatian kepadanya. Sebaliknya ajaran islam menaruh perhatian yang sangat serius terhadap ragamurusan keduniaan.
Hal ini dikarenakan masalah keduniaan bagi Islam dianggap sebagai tempat bercocok tanam bagi kehidupan akhirat .Dan karena fungsinya seperti itu maka dapat dipahami kalau agama Islam memandang sangat positif terhadap kehidupan dunia yang hakikatnya mempunyai pertalian yang erat dengan kehidupan akhirat. Sikap positif terhadap kehidupan dunias emacam itulah yang melatarbelakangi dikukuhkannya manusia selaku khalifah Allah diatas bumi, dengan misi memperjuangkan terwujudnya tata kehidupan masyarakat yangutama, adil dan makmur bahagia sejahtera.
Penutup
Kajian mengenai pemikiran KH. Ahmad Dahlan menunjukkan bahwa beliau adalah seorang tokoh pembaharu Islam yang berperan penting dalam merumuskan konsep Islam yang progresif dan modern di Indonesia. Melalui gerakan Muhammadiyah yang didirikannya pada tahun 1912, KH. Ahmad Dahlan memperkenalkan gagasan pemurnian ajaran Islam yang kembali berfokus pada Al-Qur’an dan Hadis, sekaligus membuka diri terhadap kemajuan ilmu pengetahuan dan modernisasi.
Salah satu kontribusi terbesarnya adalah dalam bidang pendidikan. Beliau mendirikan sekolah-sekolah yang menggabungkan ilmu agama dan ilmu umum sebagai upaya mencetak generasi Muslim yang berilmu dan berdaya saing. KH. Ahmad Dahlan juga menekankan pentingnya peran sosial Islam, di mana umat Islam tidak hanya harus beribadah secara ritual, tetapi juga berkontribusi dalam kesejahteraan sosial masyarakat melalui berbagai kegiatan amal dan pelayanan sosial.
Pemikiran beliau yang rasional dan toleran memperlihatkan bahwa Islam adalah agama yang dinamis, mampu menjawab tantangan zaman, dan menjunjung tinggi persatuan serta kerja sama antar umat beragama. Dengan penekanan pada pendidikan, pembaruan agama, dan kepedulian sosial, KH. Ahmad Dahlan berhasil membawa umat Islam Indonesia keluar dari stagnasi dan mendorong mereka untuk menjadi umat yang berdaya, mandiri, dan berperan dalam pembangunan bangsa.
Ringkasnya, kajian ini menegaskan bahwa pemikiran KH. Ahmad Dahlan tentang Islam yang berkemajuan, pendidikan, serta amal sosial masih relevan dan memberikan pengaruh besar hingga kini, baik dalam konteks perkembangan umat Islam di Indonesia maupun dalam upaya mengatasi tantangan global modern.
DAFTAR PUSTAKA
https://muhammadiyah.or.id/matan-keyakinan-dan-cita-cita-hidup-muhammadiyah/
Rujukan
- Abdullah, Taufik. (2013). *Islam dan Masyarakat: Pantulan Sejarah Indonesia*. LP3ES.
- Alfian. (1989). *Muhammadiyah: The Political Behavior of a Muslim Modernist Organization Under Dutch Colonialism*. Gadjah Mada University Press.
- Amir, Abdul. (2014). *Peran Muhammadiyah dalam Pembentukan NKRI*. Yayasan Wakaf Paramadina.
- Azra, Azyumardi. (2003). *The Origins of Islamic Reformism in Southeast Asia*. Allen & Unwin.
- Boland, B.J. (1971). *The Struggle of Islam in Modern Indonesia*. Martinus Nijhoff.
- Burhani, Ahmad Najib. (2013). “The Reformism of Muhammadiyah and the Radicalization of Indonesian Islam”. *Southeast Asian Studies*, 2(2), 187-213.
- Deliar Noer. (1973). *The Modernist Muslim Movement in Indonesia, 1900-1942*. Oxford University Press.
- Federspiel, Howard M. (2001). *Islam and Ideology in the Emerging Indonesian State: The Persatuan Islam (PERSIS), 1923-1957*. Brill.
- Latif, Yudi. (2008). *Indonesian Muslim Intelligentsia and Power*. ISEAS Publishing.
- Ricklefs, M.C. (2012). *Islamisation and Its Opponents in Java: A Political, Social, Cultural and Religious History*. NUS Press.
